sbmi

Memperjuangkan Keadilan Bagi Buruh Migran dan Anggota Keluarganya

RS POLRI LARANG AL JAZIERA LIPUT TATI

2 min read
Rumah Sakit Polri tidak mengizinkan wartawan Aljaziera meliput kondisi Tati Bt Durakhman TKI asal Desa Gantar Kecamatan Haurgeulis Indramayu. Pada Kamis (15/5/2014). Tiada rota akarpun jadi, akhirnya proses wawancara dilakukan diwarung tenda didepan RS Polri.

aljaziera7Rumah Sakit Polri tidak mengizinkan wartawan Aljaziera meliput kondisi Tati Bt Durakhman TKI asal Desa Gantar Kecamatan Haurgeulis Indramayu. Pada Kamis (15/5/2014) Syarina salah seorang kontributor Aljaziera sudah berusaha meminta izin namun pihak humas bersikukuh tidak mengizinkannya, pasalnya hari libur dan yang mempunyai kewenangan tidak ada dikantor.

Aljaziera ingin meliput kasus Tati karena kasusnya mirip dengan yang dialami oleh Erwiana. Bedanya Tati pernah diurus oleh KBRI sementara Eriana tidak.

“Liputan ini akan ditayangkan pada saat persidangan Erwiana pada Selasa 19/5/2014, dari jam 9 pagi dan terus akan diulang-ulang hingga malam hari, dan tidak meliput pelayanan kesehatan di RS Polri ” Kata Stefanie

Akhirnya Aljaziera meminta Hariyanto Kordinator Advokasi SBMI dan Carla suami Tanti untuk diwawancara diwarung tenda didepan Rumah Sakit Polri. Proses wawancara sempat menarik perhatian masyarakat banyak yang kebetulan sedang berada dilokasi warung tersebut.

Tati Bt Durakhman adalah TKI yang pernah mengalami kekerasan fisik yang mengakibatkan tangan dan kakinya lumpuh, slain itu dipunggung bawahnya ada luka borok berdiameter sekitar sepuluh centi, dari kedalamannya sampai terlihat tulang belakang.

“Istri saya pernah mengatakan, ia disiksa oleh 6 orang anggota keluarga majikan, ada yang memegang kedua tangan dan kedua kaki, serta ada juga yang memukulinya dengan gagang sapu. Sampai saat ini pergelangan tangan dan kaki istri saya tidak bisa normal, istri saya juga mengatakan ia tidak tahu kesalahannya apa sehingga majikan menyiksa sekejam itu”. Tutur Carla

aljaziera wawancara hariyanto sbmiSaat ini,terusnya, biaya pengobatan ditanggung oleh BNP2TKI, tapi ada yang membuatnya merasa berat, misalnya biaya pembelian madu dan pempers yang harus dibelinya sendiri, kemudian biaya hidup sehari-hari untuk menjaga istrinya.

Terkait dengan hal tersebut Hariyanto Kordinator Advokasi SBMI menjelaskan, pihaknya menggalang dana bantuan dari masyarakat dan buruh migran, dari buruh migran Hongkong sudah terkumpul dua juta. “Kemarin Juwarih ketua SBMI Indramayu sudah memberikannya kepada Carla, mudah-mudahan masih banyak lainnya yang tergerak untuk membantu” Jelas Hari

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *