sbmi

Memperjuangkan Keadilan Bagi Buruh Migran dan Anggota Keluarganya

CERITA BMI SINGAPURA, KORBAN OVERCHARGING

3 min read
Cerita ini bersumber dari BMI Singapura korban overcharging yang dibantu HOME

Hari itu singapura cerah, awan putih menghiasi langit yang biru, matahari bersinar terang tanpa mndung sedikipun. Dari jendela kulihat para petugas lalu lalang mengatur jalannya pesawat. Tertib sekali. Cerahnya singapura hari ini dan tertibnya para petugas itu tak secerah dan seteratur keadaan hati dan pikiranku.

Mataku menerawang jauh, hanya dalam hitungan menit aku akan pulang. Ya, tentu saja aku senang. Tapi air mataku tak terasa berlinang. Mengigat baru kemarin aku datang dengan sejuta mimpi, sekarang harus sudah kembali.

Masih ingat betapa anakku menangis memohon agar aku tidak pergi, masih ingat betapa ibuku berdoa tanpa henti sambil mensehati agar aku berhati hati.

Berbekal uang 500 ribu rupiah sisa dari uang saku yang diberikan oleh sponsorku aku di bawa ke jakarta, aku lupa tepatnya dimana, yang jelas jauh. Rp 3 juta adalah uang yang dijanjikan hanya unntuk aku terbang ke Singapura untuk bekerja sebagai pekerja rumah tangga. Rp 2,5 juta aku titipkan ke ibuku untuk membeli susu anakku yang baru berumur 2 tahun. Gampang sekali bukan?.

Hanya butuh waktu dua minggu utuk aku bisa dapat majikan. Satu minggu kemudian permit kerja, syarat mutlakku untuk bekerja di Singapura sudah turun.

Ya memang begitu prosesnya. Siapa sih yang tidak senang. Dapat uang saku, masuk asrama lalu langsung bekerja. Dua minggu di asrama kerjaku ya hanya bantu bantu bersih bersih, dari subuh sampai malam.

Kata para pegawai disana, itu namanya training. Aku belajar bahasa hanya dua jam setiap hari. Tidak ada yang memberi tahu bagiamana keadaan sebernarnya di Singapura, jadi pikirku ya sama saja.

Aku terbang naik pesawat untuk bertama kalinya bersama satu orang teman dari PT yang sama.
Aku gugup,takut dan khawatir. Aku hanya mengekor orang-orang didepanku saja.

Sesampainya di Singapura aku dan temanku di jemput orang yang berbeda. Entah aku dibawa ke sebuah mall, disana aku lihat ada banyak wajah wajah sepertiku duduk berjejer di depan toko, ya mungkin itu yang disebut agensi.

Aku masuk ke satu agensi bergabung bersama teman-teman lain yang sudah lebih dulu disana. Mereka memandangku sinis.

Besoknya aku di jemput majikan. Dengan rasa gembira karena aku akan mulai bekerja. Semnagat yang luar biasa. Majikannku terlihat baik, karena aku lihat saat dia berbicara dengan agensiku manis sekali, beliaupun terlihat sopan.

Sesampainya dirumah majikan mereka mengajakku ke sebuah ruang sempit berisi barang-barang berantakan.

“This is your room, put your thing here and come with me” begitu mungkin yang dia katakan, aku tak begitu paham. Karena bahasa inggrisku memang terbatas.

Semiggu pertama aku sudah banyak melakukan kesalahan. katanya kerjaanku tidak pernah benar,aku selalu mengulangi pekerjaan yang sama dalam satu hari. Lelah sekali rasanya.

Satu bulan berlalu, aku sudah tak kuat lagi. Aku mencoba telpon agensi agar aku bisa pndah majikan, tapi katanya aku harus menghabiskan masa potogan untuk bisa pindah.

Aku coba curhat ke teman di media sosial. Ternyata beliau adalah sukarelawan di Home. organisasi yang melindungi hak hak migrant, dengan adanya beliau aku merasa punya teman beragi. Sampai 3 bulan,4 bulan,dan 6 bulan. Dengan dukungan temanku tersebut aku memberanikan diri untuk mengutarakan keinginanku untuk pindah majikan langsung kepada majikanku. Berharap dapat jawaban yang menenangkan.

Majikanku bilang “ you cannot transfer.I will send you back home!’’ ya Tuhan sedih sekali rasanya. Aku tidak bisa transfer, lalu kenapa mereka menyuruhku bertahan. Lalu bagaimana dengan gajiku selama ini. Karena pasti anak dan ibuku sudah menunggu.

Mereka pasti sudah hutang sana sini untuk makan dan biaya ini itu untuk anakku. Aku coba telpon agensiku lagi, katanya hutangku $4000. Aku tidak punya gaji.
Serasa disambar petir. Bagaiamana aku bisa punya hutang sebanyak itu?

Dengan $4000, aku sudah pasti tidak khawatir tentang hidup anakku dua tahun kedepan seharusnya, tapi kenapa aku bisa menanggung hutang sebanyak itu.

Lalu utuk apa aku bertahan? berbulan-bulan berharap dapat hal baik, tapi apa yang aku dapatkan? Nothing.

Ya Tuhan. Kenapa harus sekejam ini. Aku tidak tahan lagi, aku harus pergi, aku ingin kehidupan yang lebih baik, bukan untuk bekerja rodi.

Dengan bekal uang pemberian sodara majikan yang baik hati,aku memutuskan untuk memnaggil taksi dan pergi menuju HOME. disana aku menangis. Rasa kecewa dan sedih yang luar biasa bisa kuluapkan.

Ternyata hutang $4000 itu adalah biaya penempatanku yang itu adalah berlebihan, petugas di Home memberi tahu bahwa seharusnya aku tak menanggung beban seberat itu untuk biaya penempatanku. Dengan proses yang sangat luar biasa alot.

Akhirnya aku disini hari ini.menerawang awan dilangit cerah singapura dengan perasaan hampa. Aku harus pulang tanpa uang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *