sbmi

Memperjuangkan Keadilan Bagi Buruh Migran dan Anggota Keluarganya

NOBAR “BEFORE YOU EAT” DI LAMPUNG TIMUR DIHADIRI RATUSAN WARGA PSHT

3 min read

Acara nonton bareng (nobar) film dokumenter “Before You Eat” (BYE) di Lampung Timur kembali mendapat sambutan yang luar biasa dari masyarakat. Tidak hanya dihadiri masyarakat umum, nobar BYE yang dilaksanakan di lapangan Desa Banarjoyo, Kecamatan Batanghari, Kamis (16/6/2022) juga dihadiri ratusan warga dari organisasi olah raga beladiri Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT).

Para warga PSHT tersebut terlihat begitu serius menonton film BYE, bahkan dengan duduk di atas rumput lapangan mereka mengikuti sesi diskusi hingga selesai.

Kehadiran ratusan warga PSHT dengan mengenakan seragam kebesaran mereka tersebut ternyata karena pengaruh Kepala Desa Banarjoyo, Heriyadi sebagai salah satu pengurus PSHT di Lampung Timur yang menjadi narasumber pada sesi diskusi film BYE ini.

Ketika memberikan testimoni usai nobar dan diskusi, Kades Heriyadi mengatakan bahwa film BYE ini mempunyai arti penting karena banyak pengalaman yang bisa dan harus  dibagikan kepada masyarakat tentang risiko-risiko menjadi buruh migran, termasuk risiko menjadi ABK migran.

“Dari film ini, banyak pengalaman yang harus dibagikan kepada masyarakat, bagaimana nanti ke depan orang-orang atau anak-anak kita yang  bekerja ke luar negeri akan selamat. Tentunya, mereka pulang (dari luar negeri) bawa duit dan selama bekerja di luar negeri dapat berkomunikasi dengan keluarga. Itu harapan kami,” kata Kades Heriyadi.

Selaku Kepala Desa, Kades Heriyadi mengucapkan terima kasih kepada SBMI dan Greenpeace Indonesia karena telah berkenan hadir ke Desa Banarjoyo untuk mengadakan pemutaran film BYE yang bisa dijadikan sarana sosialisasi migrasi aman kepada masyarakat, khususnya warga Desa Banarjoyo dan masyarakat Kecamatan Batanghari pada umumnya.

“Terima kasih kepada SBMI dan Greenpeace Indonesia yang telah hadir ke desa kami. Tentunya ini merupakan suatu kehormatan buat kami karena telah diberikan ilmu-ilmu melalui film BYE ini yang maknanya sangat luar biasa,” ujarnya.

Kades Heriyadi mengimbau masyarakat yang akan bekerja ke luar negeri, khususnya yang akan menjadi ABK migran agar mendaftar ke PT yang resmi dan memahami kontrak kerjanya.

“Film BYE ini telah memberikan informasi penting bahwa para ABK yang menjadi korban perbudakan tersebut banyak yang tidak mengetahui dan tidak memahami kontrak kerjanya. Untuk itu saya mengimbau warga yang akan bekerja ke luar negeri, termasuk yang ingin bekerja menjadi ABK migran, apabila tidak mengetahui bagaimana prosesnya agar bertanya ke Pemerintah Desa,” jelas Kades Heriyadi.

Film “Before You Eat” yang diproduksi oleh SBMi dan didukung Greenpeace Indonesia ini menceritakan bagaimana eksploitasi yang dialami para ABK sejak sebelum berangkat, selama di kapal, hingga tiba kembali di Tanah Air. Beberapa gambar bahkan direkam langsung oleh para ABK menggunakan telepon seluler mereka. Para ABK juga berbagi kisah perjuangan menuntut hak mereka dan rekan-rekan mereka yang meninggal karena sakit hingga dilarung ke laut tanpa persetujuan keluarga. Kekerasan yang dialami, kontrak kerja yang tidak jelas, dan muslihat agen-agen perekrutan serta prosedur pengiriman ABK yang sumir, membuat praktik ini disebut sebagai ‘perbudakan modern’.

Pada sesi diskusi yang dimoderatori pengurus SBMI Lampung, Yunita Rohani, panitia penyelenggara menghadirkan narasumber Sekjend SBMI, Bobi Anwar Ma’arif, Produser film “Before You Eat”, Godi Utama, Kades Banarjoyo, Heriyadi, dan mantan ABK perikanan.

Berdasarkan pantauan panita penyelenggara, lebih dari 200 warga PSHT menghadiri nobar ini. Namun, untuk menghindari kerumunan di meja registrasi, banyak di antara mereka yang langsung duduk di lapangan, sehingga tidak semua warga PSHT yang hadir tercatat sebagai penonton.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *