sbmi

Memperjuangkan Keadilan Bagi Buruh Migran dan Anggota Keluarganya

SBMI HADIRI UNDANGAN LOKAKARYA YANG DIADAKAN AFRICAN TRADE UNION MIGRATION NETWORK DI SENEGAL

3 min read

Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) menghadiri undangan lokakarya dan pertemuan tahunan yang diadakan African Trade Union Migration Network (ATUMNET) selama 3 hari mulai tanggal 8 hingga 10 Desember 2021 di Dakar, Senegal, Afrika Barat.

Lokakarya yang diikuti oleh 52 perwakilan serikat buruh ini mendiskusikan tentang situasi migran asal Afrika yang bekerja di berbagai negara tujuan.

Delegasi SBMI diwakili oleh Koordinator Departemen Riset dan Hubungan Internasional, Dina Nuriyati  dengan dukungan penuh dari International Labor Organization (ILO) Project Safe and Fair. Saat ini, Dina Nuriyati juga juga menjadi koordinator Migrant Workers Resource Center (MRC) wilayah Cirebon dan Lampung Timur.

Peserta dari serikat pekerja Asia khususnya Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI), Malaysian Trade Union Congress (MTUC), UNITED Philippines dan Forum Migran Asia (MFA) diundang berpartisipasi dalam lokakarya ini karena ATUMNET mencari kerja sama dengan serikat pekerja dari Asia.

Dalam pertemuan ini, Dina Nuriyati menyampaikan bahwa mengorganisir buruh migran di negara tujuan dan buruh migran yang sudah kembali serta keluarga migran, meningkatkan kapasitas buruh migran dan mempengaruhi kebijakan negara untuk melindungi migran adalah hal paling penting yang harus dilakukan untuk menghadapi situasi saat ini. Termasuk memastikan untuk menutup wacana penyebutan pekerjaan pekerja migran sebagai pekerjaan tanpa keahlian/unskill work yang turunannya melahirkan tindakan diskriminatif dan perlakuan buruk lainnya.

Selain itu, Dina juga menyampaikan perlunya kampanye media dan dorongan layanan yang lebih responsif gender yang dimulai dari tingkatan akar rumput. Sebagai contoh, Dina menyebut inisiatif pembentukan Migran Workers Resource Center (MRC) sebagai bentuk kerja sama antara serikat buruh, pemerintah dan lembaga internasional seperti yang dilakukan oleh ILO dan UN Women yang berperan aktif untuk mendorong tata kelola migrasi yang aman, adil, dan responsif gender.

Pernyataan Dina ini diperkuat oleh serikat buruh di negara tujuan seperti yang disampaikan oleh perwakilan dari MTUC Malaysia yang juga mempunyai program MRC. MTUC Malaysia juga mengingatkan pentingnya untuk menguatkan pemahaman di internal serikat buruh sendiri dalam melihat isu migrasi sebagai persoalan buruh secara keseluruhan. 

Sementara Presiden Organisasi Regional Afrika dari Konfederasi Serikat Buruh Internasional (ITUC-Afrika), Mody Guiro dalam sambutan pembukaan  mengatakan bahwa dalam dua dekade terakhir, organisasi ini memutuskan menghindari ratapan dan lebih berpikir untuk membenahi ke dalam dan menyiapkan pilihan alternatif, meninjau kegiatan, hasil dan tantangannya untuk mengusulkan tindakan dan strategi memajukan gerakan yang telah dibangun. Mampu untuk melakukan intervensi dan advokasi untuk dapat bekerja dengan pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya dalam menciptakan pekerjaan yang layak dan berkelanjutan di lingkungan yang aman dan sehat.

Selama proses lokakarya, terungkap bahwa perbudakan di era modern dengan format baru terjadi pada buruh migran asal Afrika. Hal ini diperkuat oleh testimoni langsung dari mantan pekerja migran asal Kenya korban perdagangan manusia yang direkrut, dipindah-pindahkan, serta dipekerjakan secara tidak layak dan tereksploitasi.

Hal tersebut adalah kondisi umum yang dialami masyarakat Afrika yang terus mengalami migrasi paksa karena pengangguran dan setengah pengangguran, ketidakamanan dan penganiayaan politik sehingga kaum muda banyak yang nekat bekerja ke luar negeri dengan segala risiko berbahaya yang mungkin dihadapi.

Pertemuan ini juga membahas dampak covid-19 yang dialami oleh pekerja migran, khususnya perempuan sehingga perlu adanya agenda bersama secara kolektif mempromosikan hak-hak perempuan dan mengatasi kerentanan mereka.

Dari proses selama 3 hari ini, jaringan Serikat Buruh Afrika ATUMNET telah bersepakat akan terlibat aktif memperhatikan situasi ini dan membuat rencana aksi bersama agar para buruh migran khususnya asal Afrika dapat keluar dari hal-hal buruk yang melingkupi migrasi.

Selain itu, pertemuan ini juga membahas tentang tuntutan serikat buruh/serikat pekerja bahwa TU belum terpenuhi masuk dalam Global Compact on Migration (GCM) ketika diadopsi. Untuk itu,  mereka akan terus mengawal forum tinjauan implementasi GCM atau yang disebut dengan Forum Tinjauan Migrasi Internasional (IMRF) tahun 2022 dan mengambil kesempatan untuk meminta lebih banyak masukan ke dalam dokumen.

Serikat Buruh Afrika  yang dinaungi ATUMNET menyatakan kesiapan mereka untuk menyebarkan pengetahuan baru yang diperoleh dari pertemuan tersebut untuk meningkatkan tata kelola migrasi di tingkat nasional, regional dan global.

Para peserta juga mengembangkan dan mengadopsi rencana aksi baru untuk tahun 2022 – 2024 yang akan mengarahkan kegiatan jaringan dalam dua tahun ke depan. Mengorganisir , meningkatkan kapasitas buruh migran dan juga pada kepemimpinan serikat buruh itu sendiri dan upayanya untuk terus mempengaruhi kebijakan untuk perwujudan pelindungan buruh migran ke arah yang lebih baik.

***

Laporan Dina Nuriyati, Koordinator Departemen Riset dan Hubungan Internasional DPN SBMI, Koordinator Migrant Workers Resource Center (MRC) wilayah Cirebon dan Lampung Timur

Ditulis saat perjalanan pulang dari Dakar – Dubai – Jakarta

@Minggu, 12 Desember 2021

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *