sbmi

Memperjuangkan Keadilan Bagi Buruh Migran dan Anggota Keluarganya

SBMI Banyuwngi: Calon BMI Perlu Pengetahuan Soal Bahaya Penyakit Menular

2 min read
SBMI Banyuwangi menilai, calon buruh migran perlu mendapat pengetahuan soal bahaya penyakit menular di negara tujuan berikut kiat-kiat untuk menghindarinya.

Dewan Pimpinan Cabang  Serikat Buruh Migran Indonesia (DPC SBMI) Kabupaten Banyuwangi menilai, calon buruh migran perlu mendapat pengetahuan soal bahaya penyakit menular di negara tujuan berikut kiat-kiat untuk menghindarinya.

Untuk itu, SBMI Banyuwangi menyambut baik kerja sama dengan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya yang mengadakan kegiatan edukasi terkait pencegahan penyakit menular untuk Calon Pekerja Migran Indonesia (CPMI) asal Kabupaten Banyuwangi secara online selama dua hari, Sabtu dan Minggu (22-23/8/2020).

“Pengetahuan ini sangat penting dan sangat dibutuhkan bagi calon buruh migran, apalagi dalam masa pandemi COVID-19 karena buruh migran sebagian besar bekerja di sektor yang penuh risiko, yaitu sektor 3D, difficult (sulit), dirty (kotor), dan dangerous (bahaya) yang minim proteksi,” kata Ketua DPC SBMI Banyuwangi, Agung Subastian.

Lebih lanjut Agung mengatakan, kegiatan edukasi ini mestinya juga dilakukan pemerintah daerah untuk memaksimalkan proses pemberian pengetahuan secara terus menerus dalam pembekalan bagi calon buruh migran.

Menurut Agung, pemerintah mestinya juga harus menyediakan media yang mudah diakses oleh buruh migran seputar aturan dan langkah/SOP ketika ada BMI yang sakit atau terjangkit penyakit menular. Pemerintah juga perlu memberikan proteksi dalam bentuk jaminan sosial bagi BMI sehingga mereka bisa klaim kompensasi jaminan sosial  ketenagakerjaan dan jaminan kesehatan perawatan medis.

“Selain itu, pemerintah Indonesia juga harus melakukan upaya diplomasi di negara tempat bekerja BMI guna membangun mekanisme pelayanan pelindungan bagi buruh migran yang adil, mudah diakses, dan cepat untuk penyelamatan, repatriasi, penyelesaian dan pembayaran klaim jaminan sosial pekerja migran yang mengalami sakit,” tegas Agung.

Menurut Tim Peneliti Unair, Banyuwangi dipilih menjadi lokasi pengabdian masyarakat FISIP Unair karena berdasarkan data Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI), Kabupaten Banyuwangi merupakan salah satu daerah asal buruh migran paling banyak di Jawa Timur.

Dari hasil temuan Tim Peneliti berdasarkan informasi peserta purna PMI, selanjutnya akan dijadikan data yang kemudian bisa diinformasikan kepada calon pekerja migran terkait bahaya penyakit menular dan kiat-kiat menghindarinya.

“Kita harus melakukan tindak lanjut tidak sampai di sini saja. Mudah- mudahan tahun berikutnya ada penelitian lagi nanti kita bisa membuat jejaring antara Unair dengan buruh migran asal Banyuwangi melalui SBMI Banyuwangi yang fokus membahas global migration,” kata Tim Peneliti Unair, Sri Endah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *