Malang, 18 Mei 2025 – Dewan Pimpinan Wilayah Serikat Buruh Migran Indonesia (DPW SBMI) Jawa Timur memberikan sambutan dalam kegiatan kolaboratif yang mempertemukan mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) dengan para Pekerja Migran Indonesia (PMI) purna di Kabupaten Malang. Acara bertajuk “Jangan Balik Lagi! Membangun Komunitas Migran Mandiri dan Kompeten Melalui Finansial dan Soft Skill” ini diinisiasi oleh Program Studi Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UB bersama Dewan Pimpinan Cabang (DPC) SBMI Malang.
Kegiatan berlangsung di Pusat Layanan Usaha Terpadu Koperasi dan UMKM (PLUT KUMKM) Kabupaten Malang, diikuti oleh 20 orang purna pekerja migran yang berasal dari berbagai negara penempatan seperti Hong Kong, Taiwan, Malaysia, dan Arab Saudi. Mereka berasal dari Desa Brongkal, Kecamatan Pagelaran, yang dikenal sebagai salah satu kantong migran di wilayah Malang.
Dalam sambutannya, Ketua DPW SBMI Jawa Timur, Endang Yulianingsih, menyampaikan pentingnya peningkatan keterampilan bagi PMI purna sebagai bagian dari upaya reintegrasi ekonomi.

“Kegiatan ini sangat bagus sekali untuk meningkatkan keahlian bagi PMI purna. Mayoritas PMI bekerja ke luar negeri karena dorongan ekonomi. Bila mereka sudah mapan, tentu mereka tidak ingin kembali bekerja di luar negeri. Kami berharap kolaborasi antara akademisi, SBMI, dan pemerintah daerah terus terjalin untuk mendukung kemandirian ekonomi purna pekerja migran,” ujarnya.
Kabupaten Malang sendiri merupakan salah satu daerah dengan jumlah pengiriman PMI yang cukup tinggi. Berdasarkan data BP2MI, sebanyak 10.288 orang pekerja migran berasal dari Kabupaten Malang pada tahun 2024. Sementara itu, 3.124 orang tercatat mendaftar untuk bekerja ke luar negeri melalui Disnaker Malang pada tahun 2023.
Hal senada juga disampaikan oleh Dra. Ayus Faizah, M.Si, Kepala Bidang Kelembagaan Dinas Koperasi. Ia mendorong agar purna pekerja migran mulai berani mandiri dan memanfaatkan fasilitas koperasi daerah.
“Sudah saatnya purna pekerja migran mempunyai penghasilan sendiri. Jika membutuhkan akses dana, silahkan bergabung dengan Koperasi Merah Putih (KMP). Di sana tersedia program simpan pinjam yang bisa dimanfaatkan oleh warga desa dan kelurahan, termasuk untuk purna pekerja migran.”
Sementara itu, Husnati, Ketua DPC SBMI Malang yang juga bertindak sebagai tutor dalam pelatihan menjahit, menyampaikan harapannya agar kegiatan ini dapat menjadi pijakan awal bagi para PMI purna untuk bangkit secara ekonomi.
“Harapan saya, acara ini bisa memberikan manfaat langsung, agar purna pekerja migran bisa mandiri secara finansial tanpa harus kembali ke luar negeri. Tujuan akhirnya tentu agar teman-teman bisa menjadi pengusaha sukses di daerahnya masing-masing,” ujarnya.
Kegiatan pelatihan dibagi dalam dua sesi. Sesi pertama diisi oleh Zahra, mahasiswa Universitas Brawijaya yang menyampaikan materi “Cara Menjadi Entrepreneur yang Sukses”. Sesi kedua diisi oleh Husnati yang memberikan pelatihan keterampilan menjahit dari bahan kain perca menjadi berbagai produk kerajinan seperti tas, gantungan kunci, wadah charger HP, dan tempat jarum pentul.
Ke depan, para penyelenggara berharap kegiatan serupa bisa terus berlanjut dengan ragam pelatihan yang lebih luas. Rencana pelatihan berikutnya mencakup pembuatan kue kering, memasak dengan berbagai varian resep, hingga pelatihan salon kecantikan.
Dalam penutup, perwakilan mahasiswa FISIP Universitas Brawijaya menyatakan bahwa kegiatan ini bukan sekadar pemenuhan tugas akademik, melainkan bentuk nyata pengabdian terhadap masyarakat.
“Kami ingin kegiatan ini menjadi kontribusi nyata civitas akademika, sekaligus bagian dari upaya memutus mata rantai migrasi berulang yang terus menggantungkan nasib pada kerja di luar negeri,” ungkapnya.
Kegiatan ini menjadi contoh kolaborasi efektif antara organisasi masyarakat sipil, institusi pendidikan, dan pemerintah daerah dalam memperkuat ekonomi akar rumput dan mendorong kemandirian mantan pekerja migran.
Views: 22