sbmi

Memperjuangkan Keadilan Bagi Buruh Migran dan Anggota Keluarganya

PERINGATAN HARI BURUH MIGRAN, SBMI WONOSOBO LUNCURKAN FILM IMPIAN NEGERI BERKABUT

2 min read
Maizidah Salas: lebih mudah memahami seperti apa itu tindak pidana perdagangan orang, dengan melihat film dibanding dengan penyampaian secara verbal

lounching fil impian negeri berkabutDalam peringatan hari buruh migran internasional, Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) meluncurkan film berjudul “Impian Negeri Berkabut”. Film yang diproduksi oleh SBMI Wonosobo ini menceritakan tentang tindak pidana perdagangan orang (trafficking) salah satu dari dampak migrasi ketenagakerjaan ke luar negeri. 

Menurut Maizidah Salas, Film “Impian Negeri Berkabut” proses produksinya selama satu setengah bulan, ini adalah film kedua yang diproduksi oleh SBMI Wonosobo.

“Sebelumnya kami menerbitkan film berjudul Rindu Utami yang diangkat dari kisah nyata yang dialami oleh buruh migran asal Wonosobo,” jelasnya

Produksi film seperti ini, lanjutnya, sebagai alat kampanye dalam mencegah terjadinya tindak pidana perdagangan orang kepada masyarakat luas.

“lebih mudah memahami seperti apa itu tindak pidana perdagangan orang, dengan melihat film dibanding dengan penyampaian secara verbal”, kata perempuan yang biasa dipanggil Saras.

Jejen Nurjanah mengatakan sangat mengapresiasi produksi film SBMI Wonosobo. Ia menilai buruh migran saat ini sudah sangat maju, bisa memproduksi film sendiri. Sesuatu yang sebelumnya tidak terbayangkan.

“ini sangat inspiratif, semoga bisa dicontoh oleh teman-teman SBMI yang lainnya,” kata ketua SBMI Jawa Barat. 

Daiakhir sesi pemutaran dan konpres, film ini ternyata menyedot perhatian dari para keluarga buruh migran yang menghadiri peringatan hari buruh migran internasional yang diperingati pada tanggal 17-18 Desember 2017 di Aula Islamic Centre Bekasi. Hal itu terlihat dari antusiasnya yang meminta pemutaran film di daerahnya.

Usai konpres 500an peserta itu sibuk meminta poto bareng dengan para pemeran film yang hadir seperti Kiki Ardana, Adilal Mukti,Anggita, dan Aan.

Ucapan terimakasih disampaikan kepada Juslifar M Junus yang menulis cerita, Gatot Sunarya sebagai sutradara, Adit F Rach sebagai penata fotografi, M. Rizal Khairudin sebagai penata cahaya, Mahmud Zaini sebagai perekam suara, WB Hariyono sebagai penata artistik, Brinda Sakti sebagai penata kostum, Retno Harjanti sebagai penata rias dan Hani Kusuma Wardhani sebagai pimpinan produksi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *