sbmi

Memperjuangkan Keadilan Bagi Buruh Migran dan Anggota Keluarganya

DIANTARA DUA PILIHAN ITU AKU MEMILIH ORGANISASI

2 min read
Ida Raida Ketua SBMI Majalengka: Pada saat saya mengalami masalah, mengalami sakit sampai mau mati di Singapura, atau tidak punya uang untuk biaya travel ke kampung, siapa yang membantu saya? tidak ada, kecuali organisasi.
Ida Raida Ketua SBMI Majalengka
Ida Ketua SBMI Majalengka (pertama dari kanan)

Pernyataan Raida Ketua SBMI Majalengka Jawa Barat laksana petir dimalam hari, cetar membahana pada saat ditelpon suaminya. Pada saat ia mengikuti kegiatan try out modul penguatan mental buruh migran yang diselenggarakan oleh IOM Internasional (17-19/10/2015), Ia ditelpon suaminya dari Kalimantan kenapa terlalu lama di Jakarta. Komunikasi pasangan suami istri ini berujung pada tawaran pilihan apakah memilih suami atau organisasi.

“Saya memilih organisasi,” Jawabnya

Peristiwa ini ia sampaikan kepada pengurus nasional SBMI menjelang kepulangannya pada Selasa malam tanggal 20/10/2015. Tentu jawaban tersebut menuai seribu tanya, kenapa. Karena idealnya dua-duanya harus diselamatkan, baik hubungan pernikahan ataupun aktivitas organisasi.

Ida menjawab, pada saat saya mengalami masalah, mengalami sakit sampai mau mati di Singapura, atau tidak punya uang untuk biaya travel ke kampung, siapa yang membantu saya? tidak ada, kecuali organisasi.

“Maka diantara pilihan itu saya memilih untuk tetap berorganisai” Kata Ida berlinang air mata.

Pilihan mantan pengurus Indonesian Family Network Singapura terkait itu mau tidak mau harus dihormati, tetapi semua pengurus SBMI juga berharap agar Ida tetap mempertahankan keluarga, mempertahankan ikatan pernikahan yang sudah dijalin bertahun-tahun.

Sejak kepulangannya dari Singapura, Ida sangat aktif mengorganisir mantan dan keluarga buruh migran di Majalengka. Ia mengorganisir dari hal kecil yang bisa dilakukannya, mengajar bahasa inggris kepada anak-anak buruh migran, berbagi pengetahuan dan keterampilan kuliner bersama mantan buruh migran, kemudian menginisiasi pembentukan kelompok wirausaha. Setelah terbentuk dan berjalan, sebagian penghasilannya disumbangkan untuk pengembangan organisasi, memberikan bantuan kepada buruh migran yang pulang tidak digaji, atau sakit sakit. Baru-baru ini Ida juga menyelenggarakan sosialisasi tentang bahaya trafficking dari sektor penempatan tenaga kerja ke luar negeri. Sosialisasi ini dihadiri sekitar 200 orang. Biaya penyelenggaraan inipun murni dari iuran dan hasil usaha kelompok buruh migran. Tanpa disadari Ida kemudian telah membuat skema pengembangan organisasi yang cukup ideal, buruh migran dan keluarganya ikut berorganisasi karena kesadaran, karena kebutuhan, bukan karena iming-iming yang berakibat pada munculnya kesadaran palsu. 

Memang berorganisasi itu banyak resikonya, mungkin salah satunya adalah retaknya hubungan suami istri. Tetapi fakta yang lain juga mengungkap bahwa keretakan hubungan suami istri itu tidak hanya karena organisasi. Diluar orang-orang yang tidak berorganisasi banyak yang hubungannya berujung pada perceraian, dan tidak sedikit orang yang mau berorganisasi tetapi hubungan suami isteri tetap harmonis. Idealnya adalah suami isteri faham dan mau berorganisasi. 

Peristiwa ini menjadi pembelajaran besar bagi seluruh pengurus dan anggota Serikat Buruh Migran Indonesia, maka kedepan sasaran peserta pelatihan organisasi adalah keluarga buruh migran yang menjadi anggota Serikat Buruh Migran Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *