ANALISA USAHA TERNAK AYAM BROILER DENGAN SISTEM KEMITRAAN

Departemen Pemberdayaan Serikat Buruh Migran Indonesia sedang mengembangkan pemberdayaan anggota melalui usaha peternakan ayam broiler dengan sistem kemitraan. Hal ini disampaikan oleh Mohammad Ernawan (23/1/2020).

“Sistem kemitraan artinya bekerja sama dengan perusahaan dalam beberapa hal, misalnya dalam pengadaan bibi, pengadaan pakan, obat-obatan dan penjualan, dengan sistem ini ada keuntungan bagi peternak yaitu beban modal peternak tidak terlalu tinggi, ada kepastian pasar, serta kestabilan harga,” jelasnya

Usaha ini adalah usaha koperasi Serikat Buruh Migran Indonesia, lanjut Ernawan, pengelolaannya diserahkan kepada pengurus cabang Serikat Buruh Migran Indonesia.

“Untuk pertama kalinya, diuji coba di Tegal,” katanya

Menurut Ernawan, usaha kemitraan ini relatif aman dibanding dengan model pemberdayaan yang lain, meskipun pelaku usahanya sudah memiliki keterampilan produksi dan menejemen keuangan. Hitung-hitungan keuntungannya juga bagus. Sebagai contohnya adalah sebagai berikut:

Modal peternak :

1. Sewa Kandang untuk 2 tahun sebesar Rp 20.000.000
2. Upah pekerja Rp 3.000.000/panen

Modal Perusahaan :

1. 4000 bibit ayam sebesar Rp 28.000.000
2. Paket pakan, sebesar Rp 75.000.000
3. Obat, vaksin dan vitamin, sebesar Rp 2.000.000
4. Biaya pendukung seperti sekam, listrik, batu baterai, Rp 2.500.000
5. Transportasi, Rp 500.000
6. Pencucian kandang, Rp 1.000.000

Total modal Rp 112.000.000

Penghasilannya dalam satu panen adalah sebagai berikut:

Jika diprediksi dalam satu panen, bisa menghasilkan ayam sebanyak 3.760 dengan berat 1,96 kilogram, dengan harga Rp 18.000/kologram, ditambah bonus FCR sebesar Rp 554.000, ditambah bonus daya tahan hidup Rp 28.000, dan kompensasai umur Rp 3000, maka total pendapannya adalah Rp 133.255.800 – total pengeluaran Rp 115.333.333, maka keuntungan kotornya adalah Rp 17.922.466.