sbmi

Memperjuangkan Keadilan Bagi Buruh Migran dan Anggota Keluarganya

KUBURAN ANGKER DI DALAM PENJARA PINENG MALAYSIA

2 min read
Ternyata garis kuning itu adalah tanda kuburan pasangan suami istri beserta anak kecilnya, si suami mencoba melarikan diri sesampai dipagar berduri ia tertembak dan mati. Istrinya tidak kuat mendengar cerita yang terjadi, akhirnya membunuh anak kecilnya lalu kemudian membunuh dirinya.

 

ilustrasi penjara di malaysia
ilustrasi penjara di malaysia

Wiwik sudah 8 tahun menjadi buruh migran. Perempuan asal Kediri Jawa Timur ini awalnya menjadi Pekerja Rumah Tangga (PRT) namun selama 4 bulan bekerja ia tidak pernah menerima gaji, padahal pekerjaannya cukup berbahaya, selain mengurus pekerjaan rumah tangga, ia harus memandikan 4 ekor anjing yang ukuran badannya besar-besar. Ia kabur dan menjadi buruh migran tidak berdokumen. 

Walaupun tidak berdokumen, ia tetap bertahan untuk mengais rejeki di negari para datuk. Kerja apapun ia lakukan untuk mempertahankan hidupnya, gaji kecil dan kucing-kucingan dengan polisi atau pasukan rela menjadi bagian kisah pedihnya. Untuk mendapatkan kerja, ia bergantung dari informasi dan koneksi sesama buruh migran. Ia terus mempertahankan hidupnya dari satu tempat pekerjaan ketempat pekerjaan lainnya.

Pada tahun 2012 lalu, ia ikut program pemutihan. Ia berdokumen lagi dan kemudian ia nekat bekerja disalah satu kontraktor pengembang. Diperusahaan kontruksi yang mengerjakan pembangunan hotel tinggi besar itu ia bekerja sebagai tukang cat dinding luar.

“Di lift gantung itu saya mengecat dinding, awalnya saya sangat takut, karena ketika angin kencang, lift yang saya naiki terbawa angin kesana kemari, saya lihat kebawah mobil-mobil terlihat kecil, tapi lama-lama jadi biasa” Jelasnya

Ibu satu anak ini memilih bekerja di perusahaan kontruksi karena gajinya lebih besar, tiap harinya ia mengantongi 55-75 Ringgit, belum lagi ketika ada lembur. Selain itu jam kerjanya jelas, ia lebih banyak mendapatkan istirahat ketimbang bekerja seebagai Pekerja Rumah Tangga (PRT) atau juru masak di kedai (restoran).

Juni 2012 lalu, ia kena razia dan dibawa ke tempat penampungan sementara selama satu hari, kemudian dibawa bersama ratusan buruh migran lainnya dari berbagai negara seperti China, India, Myanmar, Vietnam dan Bangladesh ke penjara Pineng.

“Yang perempuan dikumpulkan sama yang perempuan dan yang laki-laki sama yang laki-laki, tiap hari dijam tertentu kami harus berhitung sambil menundukkan kepala, jika salah maka dipukul dengan rotan, begitu juga kalau upacara pagi barisan tidak lurus, pasti kena maki-maki, anjinglah babilah, terus dipukul ditendang. Pernah juga semua perempuan ditelanjangin” Jelasnya.

ilustrasi penjara di malaysia
ilustrasi penjara di malaysia

Satu saat ia pernah antri ke toilet, dilantai depan pintu toilet itu ada garis kuning seperti garis polisi di Indonesia. Ia berdiri diatas garis itu. Tiba-tiba salah seorang senior yang sudah lama dipenjara menarik tangan dan memperingatinya agar menjauh dari garis tersebut.

“Ternyata itu adalah kuburan pasangan suami istri beserta anak kecilnya, si suami mencoba melarikan diri sesampai dipagar berduri ia tertembak dan mati. Istrinya tidak kuat mendengar cerita yang terjadi, akhirnya membunuh anak kecilnya lalu kemudian bunuh diri, keluarga buruh migran itu akhirnya meninggal semua” Paparnya.

Wiwik menambahkan kejadian itu katanya sudah sepuluh tahun lalu, kuburan itu kini menjadi angker, tidak heran jika kemudian para tahanan dan petugas penjara sering kesurupan, karena peristiwa itu begitu tragis dan menjadi buah bibir di negeri jiran.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *